HATI HATI DENGAN CELETUKAN GURU
BY Gresia Rosaline, S.Pd
(sumber : teachers guide)
BY Gresia Rosaline, S.Pd
(sumber : teachers guide)
“ Eh, mama pakai baju ungu. Itu kan warna Janda,” komentar MIrna pada mamanya. Sang mama berusaha tak menmpilkan perubahan expresi, meski hatinya penasaran. Darimana putrid kecilnya punya referensi?
Usut punya usut, setelah makan malam, mama menyangan, mengapa ung itu warna janda. Mirna dengan santai bilang “aku tahu dari Bu Ida, guru kelasku.Waktu itu kita lagi mewarnai. Bu Ida ndeketin mejaku, terus kasih komentar gambar dan warna krayon yang aku pakai. By Ida bilang, Mirna, langitnya ungu ya. Mmhhh, warna janda tuh,” papar Mirna polos.
Lain ceritanya Nadhia, yang pindah sekolah ke Yogya mengikuti studi ibunya. Di sekolah itu pelajaran Bahasa Jawa diajarkan. Karena Nadia anak Jakarta, agak susah untuk mengikuti bahasa Jawa. Namun dengan dukungan belajar, akhirnya Nadhia bisa mengikuti pelajaran bahkan mendapat nilai 9. Namun dengan santai, guru berbicara di depan kelas “ Nadhia dapet 9 lho, nyontek kamu ya ??” sebuah tuduhan yang menyakitkan dan merendahkan upaya siswa.
Kemampuan Guru member komentar atau celetukan pada siswa seringkali tak patut. Meski sekolah sudah mengajarkan komunikasi produktif, dan Guru dibekali dengan quantum Teaching, dan teori-teori lain tentang pujian, dukungan dan kalimat penyemangat bagi siswa namun kepribadian guru dan latar belakang yang mengiringinya seringkali tidak bias menghindarkan Guru untuk melakukan kekerasan verbal”.
ANAK BELAJAR CEPAT DAN MENAKJUBKAN!
Menurut sumber dari MCENTRAL (Muthahhari Learning Centre), disebutkan bahwa anak dalam setahun bisa mengatur keseimbangan, mengendalikan gerak motoris yang sangat kompleks ketika ia berjalan. Dalam lima tahun, ia bisa menguasai 90% kata-kata yang dipergunakan orang dewasa, tanpa buku tata bahasa dan kurikulm yang sistematis.
Kemampuan luar biasa itu muncul karena anak kecil belajar tanpa dkecam dan dikritik. Jendela peluang (Windows of opportunity) belajar masih terbuka sangat lebar. Ketika anak jatuh,lingkungan sekitarnya akan mengangkatnya dan menuntunnya untuk berjalan kembali. Ketika ia salah berucap, orang sekitarnya akan memuji dengan tulus. Bahkan terkadang orangtuanya meniru kata yang diucapkannya dengan salah.
LEARNING SHUTDOWN
Dua puluh tahun yang lalu Jack Field menemukan bahwa anak kecil mulai mengalami kemunduran dalam belajar ketika ia msuk sekolah.
Mengapa? Karena rata-rata setiap hari d sekolah anak-anak menerima 75% komentar negate. Enam kali dikecam daripada dihargai!
Kecaman terhadap murid adalah senjata yang ampuh untuk melumpuhkan otensi luar biasa mereka. Duduk berdiam diri di kelas adalah penumpukan otak yang paling efektif. Pembelajaran di ruang kelas harus menghilangkan learning shutdown. Kelas harus dibawa dalam suasana yang menyenangkan, menyuburkan apresiasi, seraya mempercepat waktu dalam menyampaikan materi.
Sedangkan Dewi Utama Faizah- Indonesian Heritage Foundation dalam 6 kunci dasar Whole Language, menuliskan bagaimana cara Guru menenggelamkan siswa dalam kegiatan berbahasa. Salah satunya adalah : Teachers as Communication Model :
1. Guru adalah teladan bagi anak
2. Guru adalah fasiitator yang dapat mengkomunikasikan anak kepada suatu keadaan
“Terundang” untuk mendengar dan berbicara dengan guru dan orang lain.
Jika yang didengar tak patut, saat itu mungkin siswa belum memberikan reaksi. Namun Namun kemampuan resetip anak akan mengolah pemahaman, ketika suatu saat ada hal yang berhubungan dengan yang pernah dia dengar. Anak akan menghubungkan dan mengorganisasi ide, mengasimilasi serta memadukan ide.
Jadi, berhati-hatilah dan waspadalah pada celetukan guru. Salah-salah, Andalah pelaku Learning Shutdown itu.
Bagi pembaca yang ingin memberikan pengalaman, komentar silahkan kirim di alamat blog ini
Salam,
Gresia Rosaline, S.Pd